![]() |
Gambar Ilustrasi |
NEWSNTT.COM, Kupang, 28 Maret 2025 – Indonesia sedang melaju kencang menuju era digital. Dari perbankan hingga manufaktur, otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) semakin mengambil alih peran manusia. Namun, di balik euforia kemajuan ini, muncul pertanyaan krusial: Apakah digitalisasi menjadi berkah atau justru ancaman bagi tenaga kerja?
Ketika Mesin Menggantikan Manusia
Teknologi berkembang pesat, menghadirkan solusi yang lebih efisien bagi dunia usaha. Di sektor perbankan, teller semakin tersisih oleh mobile banking. Di pabrik-pabrik, robot menggantikan buruh dalam lini produksi. Tidak bisa dimungkiri, lapangan kerja konvensional semakin menyusut.
Namun, apakah ini berarti kehancuran bagi pekerja? Tidak sepenuhnya. Digitalisasi juga melahirkan peluang baru.
Peluang di Balik Revolusi Digital
Kemajuan teknologi menciptakan industri baru. E-commerce, startup digital, dan kebutuhan akan tenaga IT terus meningkat. Profesi seperti data analyst, software developer, hingga digital marketing semakin dibutuhkan. Ini adalah peluang bagi mereka yang mampu beradaptasi.
Namun, ada tantangan besar: apakah tenaga kerja Indonesia siap? Banyak pekerja masih gagap teknologi, menciptakan kesenjangan keahlian (skill gap) yang menghambat daya saing mereka. Jika tidak segera ditangani, gelombang digitalisasi bisa menjadi ancaman nyata bagi banyak pekerja.
Menjawab Tantangan: Adaptasi atau Tertinggal?
Solusi bukanlah menolak perubahan, melainkan menyesuaikan diri. Pemerintah dan industri harus berperan aktif dalam pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) bagi tenaga kerja. Jika ini dilakukan dengan baik, era digital justru bisa menjadi batu loncatan menuju ekonomi yang lebih maju dan tenaga kerja yang lebih kompetitif di tingkat global.
Kini, pilihan ada di tangan kita: Menjadikan digitalisasi sebagai peluang emas atau tertinggal dalam gelombang perubahan?
Ditulis oleh: Djohanes J Bentah