NEWSNTT.COM, MAKKAH – H. Teguh Ardiantara, pria asal Mataram, Nusa Tenggara Barat, kini menetap di tanah suci Makkah Al-Mukarramah dan menjalani profesinya sebagai mutawwif, atau pembimbing jamaah haji dan umrah. Kehidupan di Makkah yang penuh berkah membawa banyak pelajaran berharga bagi dirinya, terutama dalam hal kesabaran, rasa syukur, dan perbaikan diri. Minggu, (30/03/2025)
"Hari-hari di Makkah begitu barokah. Saya merasa lebih bisa bersabar, bersyukur, serta menjaga sikap agar lebih baik," ungkap H. Teguh Di via whatsaap. Selain itu, menurutnya, kehidupan di tanah suci memberikan kesempatan luas untuk bersilaturahmi dengan orang-orang dari berbagai negara, bertemu dengan orang-orang baik, dan terhindar dari lingkungan yang kurang mendukung.
Sebagai mutawwif, H. Teguh bertanggung jawab dalam membimbing jamaah umrah serta mendampingi mereka berziarah ke berbagai situs bersejarah peninggalan Rasulullah dan para sahabat. Profesi ini memberinya kesempatan untuk lebih khusyuk dan tawadhu dalam beribadah, mengingat setiap amal ibadah di tanah suci mendapatkan pahala yang dilipatgandakan.
Namun, perjalanan hidup di Makkah juga bukan tanpa ujian. "Ujian pertama yang dihadapi di sini adalah bagaimana bisa bersabar dalam menghadapi segala cobaan. Cara terbaik mengatasinya adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah, salah satunya dengan pergi ke depan Ka'bah dan berdoa," ujarnya.
H. Teguh juga menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas kesempatan yang diberikan Allah untuk tinggal dan beribadah di Makkah. "Alhamdulillah, begitu khidmat, tak bisa terbendung dengan rasa syukur yang mendalam," tuturnya.
Ia berharap agar selalu diberikan kesehatan, keafiatan, serta kemudahan dalam segala urusan, dan mendoakan agar setiap muslim yang berkeinginan ke tanah suci segera mendapatkan panggilan dari Allah. "Semoga Allah memberikan kesempatan bagi kita semua untuk dapat kembali ke tanah suci dalam waktu yang terdekat," harapnya.
Meskipun menetap di Makkah, H. Teguh tetap menyempatkan diri untuk pulang ke Indonesia setidaknya sekali dalam setahun, apabila ada kesempatan rezeki dan umur panjang. Baginya, menjaga hubungan dengan keluarga dan tanah kelahiran tetaplah penting di tengah kehidupannya yang kini dipenuhi dengan keberkahan di tanah suci.
Penulis: Djohanes Julius Bentah